bersabarlah, cinta
"Getir-getir menyelami makna wajah yang muram
Aku tak suka melihat kemurungan bersandang di wajahmu
Kau yang kini benci sepi, tak ingin lekas malam tapi ingin menjauhi terik
Kepingan-kepingan semangat berserakan
Kau kumpulkan sekuat tenaga, sembari menanamkan dalam hati
Ini tak akan selamanya
Kau memang tak sehebat itu
menyimpan ketegaran tanpa tertoreh sedikit pun muram durja
Kau memang tak sehebat putri Nabi yang memilah cinta dan membingkainya dalam ketaqwaan padaNya..tanpa seorangpun tau
Kau memang tak sekuat Asma, wanita bersabuk dua, yang dalam keadaan berbadan dua tetap saja maju ke medan pertempuran
Kau memang tak secerdas istri Nabi yang dipuji, meski kau tau, tentu sangat jauh mengimbanginya
Namun kau tetap mutiara berpagar baja dan kawat, berbalut ketakutan yang tinggi, bahkan kau lakukan apa pun tuk menjaga dirimu, meski sakit, meski perih
Kau justru menjadi seperti Fatimah yang teladan shalihah, hingga mampu mengolah tepung dengan tangannya, sambil kakinya membuai Husain, mulutnya membaca Alquran, dan matanya menangis karena takut kepada Allah..
Ya, tak ingatkah kau pernah meringis, menahan perih sekuat tenagamu, kaki berlaju cepat dari satu agenda ke agenda lainnya, tanganmu yang satu memegang berkas, tanganmu yang satu memegangi sesakmu sendiri, hampir-hampir kau menangis di tengah keramaian, di matamu yang dalam terbayang 'dia', namun batinmu menimpali, kau tak boleh terus begitu, lekas-lekas kau hadirkan DIA hingga kau takut sejadinya..
Dengan begitu kau justru meneladani Maryam yang menjaga kehormatan diri, dengan begitu kau justru sekuat Asma binti Abu Bakar yang tangguh serta berani menerjang arus angin godaan cinta yang semakin sering kau jumpai, dengan begitu kau justru mengacu sifat 'Aisyah yang cerdas, kau menjadi cerdas mengelola hati meski tak jarang kau jumpai kesulitan menjaga ketinggian pagar pembatasnya..
Tak usah bersedih hati duhai ukhti yang muram hatinya, percayalah hatimu kan kembali benderang jika tiba..waktunya.."
***
Mundur dan mundur..kau mundur memegangi sesakmu sambil merintih mengusap tangis..
duhai ukhti dimanapun, yang mungkin merasakan hal serupa
Betapa kasihan dirimu ternyata, memendam sekuat tenaga karena tak ingin ternoda, tapi justru kau jadi mulia karena keteguhan hati menjaga kehormatan diri..
Cinta, bukan salah cinta..
Jangan pernah kau salahkan cinta, itulah hakmu atas hatimu yang suci itu..
Kau hanya perlu memperkuat limit diri, kau jaga dirimu, dengan begitu kau hanya pantas baginya yang pandai menahan diri..maka bersabarlah, cinta..

Aku tak suka melihat kemurungan bersandang di wajahmu
Kau yang kini benci sepi, tak ingin lekas malam tapi ingin menjauhi terik
Kepingan-kepingan semangat berserakan
Kau kumpulkan sekuat tenaga, sembari menanamkan dalam hati
Ini tak akan selamanya
Kau memang tak sehebat itu
menyimpan ketegaran tanpa tertoreh sedikit pun muram durja
Kau memang tak sehebat putri Nabi yang memilah cinta dan membingkainya dalam ketaqwaan padaNya..tanpa seorangpun tau
Kau memang tak sekuat Asma, wanita bersabuk dua, yang dalam keadaan berbadan dua tetap saja maju ke medan pertempuran
Kau memang tak secerdas istri Nabi yang dipuji, meski kau tau, tentu sangat jauh mengimbanginya
Namun kau tetap mutiara berpagar baja dan kawat, berbalut ketakutan yang tinggi, bahkan kau lakukan apa pun tuk menjaga dirimu, meski sakit, meski perih
Kau justru menjadi seperti Fatimah yang teladan shalihah, hingga mampu mengolah tepung dengan tangannya, sambil kakinya membuai Husain, mulutnya membaca Alquran, dan matanya menangis karena takut kepada Allah..
Ya, tak ingatkah kau pernah meringis, menahan perih sekuat tenagamu, kaki berlaju cepat dari satu agenda ke agenda lainnya, tanganmu yang satu memegang berkas, tanganmu yang satu memegangi sesakmu sendiri, hampir-hampir kau menangis di tengah keramaian, di matamu yang dalam terbayang 'dia', namun batinmu menimpali, kau tak boleh terus begitu, lekas-lekas kau hadirkan DIA hingga kau takut sejadinya..
Dengan begitu kau justru meneladani Maryam yang menjaga kehormatan diri, dengan begitu kau justru sekuat Asma binti Abu Bakar yang tangguh serta berani menerjang arus angin godaan cinta yang semakin sering kau jumpai, dengan begitu kau justru mengacu sifat 'Aisyah yang cerdas, kau menjadi cerdas mengelola hati meski tak jarang kau jumpai kesulitan menjaga ketinggian pagar pembatasnya..
Tak usah bersedih hati duhai ukhti yang muram hatinya, percayalah hatimu kan kembali benderang jika tiba..waktunya.."
***
Mundur dan mundur..kau mundur memegangi sesakmu sambil merintih mengusap tangis..
duhai ukhti dimanapun, yang mungkin merasakan hal serupa
Betapa kasihan dirimu ternyata, memendam sekuat tenaga karena tak ingin ternoda, tapi justru kau jadi mulia karena keteguhan hati menjaga kehormatan diri..
Cinta, bukan salah cinta..
Jangan pernah kau salahkan cinta, itulah hakmu atas hatimu yang suci itu..
Kau hanya perlu memperkuat limit diri, kau jaga dirimu, dengan begitu kau hanya pantas baginya yang pandai menahan diri..maka bersabarlah, cinta..

"Seperti angin membadai. Kau tak melihatnya. Kau merasakannya. Merasakan kerjanya saat ia memindahkan gunung pasir di tengah gurun. Atau merangsang amuk gelombang di laut lepas. Atau meluluhlantakkan bangunan-bangunan angkuh di pusat kota metropolitan. Begitulah cinta. Ia ditakdirkan jadi kata tanpa benda. Tak terlihat. Hanya terasa. Tapi dahsyat."
kereeeeeeennnn
BalasHapus