Renungan perjalanan (edisi januari)

Apakah api neraka itu Tuhanmu??

Terdiam memerhatikan jalan raya sepulangku mencari suatu titipan sahabatku, aku di dalam kendaraan umum ini sedang berfikir sambil menengadah di antara pencakar langit. Gedung-gedung yang semakin tinggi dan masjid kian besar nan megah namun semakin sedikit shafnya, mereka mengingatkanku pada pertanda akhir dunia. Ku perhatikan sekeliling banyak pedagang kaki lima tersebar sepanjang jalan. Diantaranya pedagang ikan bakar yang terkenal dengan “lebih nikmat jika makan ditempat makan” dekat dengan tempat pembakaran ikan dan ummmm.. sangat enak disajikan dalam keadaan hangat. Tapi pikiranku langsung beralih saat mataku tertuju pada tempat pembakaran ikan. Aku melihat api yang membumbung menyelimuti ikan saat di kipas kipas, ikan semakin matang bahkan hangus di bagian luar. Api itu mengingatkanku akan siksaan neraka. Aku memang tak pernah kesana dan tak pernah berani membayangkan ada disana, nauudzubillah.

“Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal".
Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.” (Al-Furqan 65-66)

“Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya.
Mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman” (Al-Furqan 75-76)


Ini semua, emm maksudku ya semua, akan musnah dan terkumupul kembali ketika dibangkitkan di padang mahsyar nanti. Lalu sontak aku khawatir, mengingat ibadah yang kulakukan. Ya Rabb, apakah selama ini ibadah yang dilakukan hanya karna takut akan api neraka di akhirat nanti? Aku takut. Aku takut akan ketakutanku akan kepedihan azab. Memangnya api neraka itu Tuhanku?

Semoga tidak. Semoga selalu teringat dalam pikiran saat beribadah, dalam jiwa yang terdalam bahwa ini semua hanya karnaMu. Karena diakhir hidup nanti, apalah yang manusia kan banggakan selain iman dan taqwa? Akankah hafalan yang sangat tak seberapa ini menjamin keselamatan dari siksa kubur? Apalagi ibadah sunnah yang dikerjakan tak rutin, ah apalah yang bisa ku banggakan di hadapanNya? Allahu Rabbi, betapa Kau Maha Agung yang tetap saja melindungiku meski aku sering kufur nikmat.

Komentar

  1. Sist..
    it is nice..
    this is an akhirat analogy...

    so,,critical thinker you are..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

bantulah..Allah kan membantumu :)